Cerita Dewasa, Sex Cerita Bergambar terlengkap terbaru 2015
BERCINTA DI RUMAH ORANG TUAKU 1.txt
Cerita Mesum tante
»
Judul : BERCINTA DI RUMAH ORANG TUAKU 1.txt
BERCINTA DI RUMAH ORANG TUAKU - 1
Sekedar untuk mengingatkan para
pembaca sekali lagi, namaku Irma tapi
biasa dipanggil I'in oleh orang di rumah.
Aku sulung dari 4 bersaudara yang
semuanya perempuan. Saat ini usiaku 34
tahun dan adik bungsuku Tita 21 tahun.
Aku sangat menjaga bentuk tubuhku,
dengan tinggi badan 167 cm dan berat
badan 59 kg, tidak ada yang menyangka
kalau aku sudah memiliki 2 orang anak
yaitu Echa 6 dan Dita 3 tahun. Kalau kata
suamiku, teman-temannya sering memuji
tubuhku, terutama pada bagian pinggul
dan payudaraku yang berukuran 34B
hingga terlihat sangat seksi jika sedang
mengenakan baju yang pressed body.
Percumbuanku dengan Hasan terus
berlanjut tanpa pernah ada halangan yang
benar-benar mengganggu, seperti jika
suamiku datang dari kota tempat dia
bekerja, atau "tamu" wanita yang datang
rutin tiap bulannya. Setiap kali bercumbu
dengannya aku selalu mendapatkan
kenikmatan orgasme yang tak terhingga,
mulai dari gaya yang baru sampai tempat-
tempat yang selama ini tak pernah kukira
akan dapat melakukan hubungan sex di
sana hingga itu membuatku semakin
merasa terikat dan sulit untuk dapat lepas
darinya.
Salah satu tempat yang sangat berkesan
olehku adalah saat kami berdua
melakukannya di rumah orang tuaku. Itu
semua berawal dari keberangkatan kedua
orang tuaku kekota Bpp karena ada
keluarga yang akan menikah, rencananya
mereka akan menginap satu malam di
sana. Atas permintaan Tita, aku dan kedua
anakku diminta bermalam karena dia takut
kalau harus sendirian. Selain itu atas izin
ayah kami, Hasan diminta Tita untuk
bermalam dan keberadaanku di sana
bertindak untuk menjaga kalau sampai
mereka kelepasan.
Ternyata Hasan memiliki kejutan yang dia
persiapkan begitu mendengar kalau aku
juga akan ikut bermalam di sana. Malam itu
sekitar jam 20:10, kami baru saja selesai
makan malam. Setelah menyikat gigi, aku
menidurkan kedua anakku di kamar yang
dulu kutempati. Setelah 10 menit aku yakin
kalau kedua anakku telah tertidur pulas,
aku mematikan lampu dan keluar pelan-
pelan dari kamar itu.
Saat sampai di depan TV aku mencari Tita,
tapi dia tidak ada di sana sementara Hasan
sedang asyik di sofa sambil tidur-tiduran di
sana. Lalu aku mencarinya di dapur,
kuketuk pintu WC, di sana tidak ada juga.
Akhirnya aku kembali ke ruang tengah.
"Geser dikit San.. Kamu lihat Tita nggak..?"
tanyaku padanya.
"Sudah tidur Kak.." jawab Hasan sambil
duduk.
"Tumben sudah pulas jam segini.. Biasanya
juga jam 10" komentarku.
Hasan tersenyum mendengar perkataanku,
lalu dia merapatkan posisi duduknya ke
tubuhku. Sementara matanya menatap
tajam ke arahku dari atas sampai ke
bawah. Walau tahu sedang dipelototi aku
pura-pura cuek sambil menonton TV.
Malam itu aku mengenakan T-shirt tipis
tanpa lengan yang lebih mirip singlet
warna putih dengan dalaman BH warna
hitam. T-shirt itu agak longgar, tapi tidak
dapat menyembunyikan bentuk lekukan
yang menonjol di dadaku. Tipisnya kain T-
shirt dan BH yang kupakai membuat
bentuk puting susuku secara samar bisa
terlihat. Dengan belahan dada T-shirt yang
rendah membuat kedua payudaraku akan
terlihat dengan jelas jika sedang
membungkuk sedikit saja.
Bawahanku adalah celana ketat selutut
yang juga warna putih. Celana ketat itu
memamerkan keindahan garis tubuhku
pada bagian bawah. Lekukan pinggul dan
pantatku yang sekal tercetak secara nyata
di celana yang kukenakan saat itu.
Sebenarnya aku memakai semua itu untuk
menyenangkan Hasan, tapi aku tak mau
mengatakannya karena aku sengaja ingin
membuatnya menjadi panas dingin. Selain
itu aku tak ada rencana untuk bercinta
dengannya karena kondisi yang kurang
mendukung, apa mau dikata rencana
tinggal rencana.
"Kakak seksi banget malam ini.. Aku jadi
terangsang nih" bisik Hasan di telingaku
sebelah kiri.
"Jangan San.. ini di rumah ayah.." aku
menolak sambil mendorong dadanya
dengan kedua tanganku.
"Nggak apa Kak.. Toh mereka juga nggak
bakal tahu.." kata Hasan sambil meremas
payudaraku.
"Mmmh.. Tapi.. Ada.. Tita di kamar.. Kalo dia..
Akkh.. Bangun.. Gimana..?" ujarku sambil
mencoba menahan kedua tangannya yang
mencoba menelusup ke dalam T-shirt yang
aku kenakan.
"Tenang aja Kak.. Aku udah masukin obat
tidur ke dalam teh yang dia minum tadi..
Kalo kakak nggak mau.. Aku tidur sama Tita
aja dah.."
Mendengar perkataannya itu, aku kaget
bukan kepalang. Selain masalah obat tidur,
aku takut kalau Hasan akan benar-benar
meniduri Tita malam ini. Selang beberapa
waktu aku tenggelam dalam pikiranku, dan
saat aku sadar ternyata tubuhku bagian
atas tinggal tertutup oleh BH yang
kaitannya telah terlepas.
"Oke San.. Kakak mau.. Tapi jangan disini.."
pintaku pada Hasan.
"Terserah kakak aja.." kata Hasan sambil
menghentikan kegiatannya.
"Setengah jam lagi kamu masuk ke kamar..
Kakak mau siap-siap dulu.."
Hasan mengangguk, lalu mengangkat
tubuhnya yang sedang menindihku yang
sudah setengah telanjang. Setelah
mengenakan kembali BH dan T-Shirt yang
tadi dipreteli oleh Hasan, aku langsung
berdiri. Saat hendak melangkah, tiba-tiba
Hasan merangkul pinggulku, kepalanya
langsung tenggelam di pangkal pahaku
sementara kedua tangannya meremas
pantatku. Aku mendesah saat merasakan
lidahnya yang menusuk-nusuk celana tipis
yang kukenakan. Selang 5 menit kemudian
Hasan melepaskan tubuhku dan
membiarkan aku berjalan ke kamar.
Masuk ke kamar orang tuaku, pintu
langsung kututup dan kulepaskan semua
kain yang melekat di tubuhku kemudian
dengan setengah berlari aku masuk ke
toilet yang terdapat di kamar tersebut.
Kuambil sabun sirih khusus untuk
membersihkan alat vital wanita lalu
kubersihkan kelaminku dengan sabun itu.
Sekitar sepuluh menit kemudian aku keluar
dan langsung duduk di meja rias ibuku.
Kuperhatikan tubuhku di cermin, sepasang
payudara berukuran 34B yang montok
dan kenyal menggelantung indah dan
menggairahkan. Kuturunkan mataku ke
bawah, liang senggamaku yang merah
terlihat dengan jelas tanpa terganggu oleh
rambut kemaluan yang baru tumbuh
pendek. Itu karena beberapa hari yang lalu
rambut itu telah dicukur habis oleh
suamiku.
Kuambil parfum khusus wanita milik ibu
dan kusemprotkan ke beberapa bagian
tubuh. Seluruh bagian leher, ketiak,
payudara, perut dan paha. Semua itu
adalah bagian tubuh yang biasa dijilat
Hasan jika sedang mencumbuku. Tanpa
mengenakan dalaman, kukenakan kimono
tidur milik ibuku dan mengikat tali di
pinggangnya. Kukecilkan volume cahaya
kamar agar menjadi lebih romantis. Saat
akan bercinta dengan suami saja aku tak
pernah melakukan persiapan seperti saat
itu, Hasan benar-benar telah membiusku.
Setelah itu aku naik ke atas kasur. Kupeluk
guling sambil menunggu Hasan masuk, aku
merasa deg-degan seperti saat melalui
malam pertamaku dengan suami.
Selang beberapa waktu kemudian
kudengar pintu kamar diketuk,
kupejamkan mata sambil bergulung ke
arah kanan. Kemudian terdengar suara
pintu dibuka lalu ditutup kembali, suara
langkah kaki terdengar mendekat ke
arahku. Hasan memanggil-manggil namaku,
tapi aku pura-pura tertidur dan tak
menjawabnya. Kurasakan kasur agak
bergerak, rupanya Hasan sudah naik ke
atasnya. Tangannya menyentuh bahuku
dan menggoyangnya, aku masih berpura-
pura tertidur.
Kemudian dia mengubah posisi tubuhku
dengan menelentangkannya, guling yang
sedang kupeluk diambilnya. Setelah itu
terasa tali kimonoku ditariknya, dan saat
Hasan membuka kimono yang kukenakan,
hawa dingin ruangan menyengat tubuhku
bagian depan. Tak ada gerakan setelah itu,
tapi aku yakin kalau saat ini Hasan sedang
memandangi tubuhku bagian depan yang
sudah terbuka lebar.
Selama beberapa saat aku tidak merasakan
ada gerakan, ini membuatku hendak
membuka mata karena penasaran. Tiba-
tiba aku merasakan angin hangat pada
pangkal pahaku, kubuka mataku sedikit,
ternyata angin hangat tadi disebabkan
oleh Hasan yang bernafas di
selangkanganku. Pasti dia sedang
menikmati wangi sabun sirih yang kupakai
barusan. Hembusan nafas dari hidungnya
bertiup ke arah pintu liang vaginaku. Ini
menimbulkan sensasi nikmat tersendiri
dalam tubuhku.
Hasan terus menghembuskan nafasnya di
bagian bawah perutku, rasa geli dan
nikmat bercampur menjadi satu dan
merangsang tubuhku. Aku mencoba
bertahan dan melawan kenikmatan yang
terus menyerang, tapi tubuhku berkata
lain. Kurasakan ada cairan hangat yang
mengalir keluar dari lubang kemaluanku,
padahal Hasan hanya menghembuskan
nafas saja tanpa melakukan penetrasi yang
lain.
Seiring keluarnya cairan hangat dari liang
kenikmatanku, udara hangat dari hidung
Hasan mulai naik ke atas. Udara itu
berputar-putar sejenak di lubang pusar,
kemudian menjelajahi setiap jengkal kedua
payudaraku, bergerak ke atas lagi hingga
ke leher. Di sini dia bergerak bolak-balik
dari kanan ke kiri. Semua perbuatan Hasan
itu membuatku semakin terangsang dan
hampir saja kehilangan kontrol, berkali-kali
aku ingin mengerang saat hidungnya
menggesek-gesek puting susuku.
"Sampai kapan mau tidur Kak..?" bisik
Hasan di telinga kiriku sementara salah
satu tangannya memelintir puting susuku
sebelah kanan.
"Aucch.. Sshh.. Ampuun Saan.. Aku dah
banguunn" erangku sambil membuka
kedua kelopak mata.
Astaga ternyata Hasan sudah hanya
mengenakan CD. Wajah Hasan tampak jelas
sekali di hadapanku, ada senyum nakal
penuh kemenangan di sana. Kubalas
senyumnya dan dengan penuh hasrat
kulingkarkan kedua tanganku di lehernya.
Kutarik wajah Hasan lebih mendekat ke
arahku sampai bibir kami berdua bertemu
dan langsung beradu.
Bibir Hasan langsung saja melumat bibirku
seakan ingin menelannya, lidahnya
menusuk ke dalam rongga mulutku dan
mencari-cari lidahku. Aku tak mau kalah,
kujulurkan lidahku untuk menggelitik
rongga mulut Hasan, ia terpejam
merasakan seranganku. Tapi dia tak
membiarkan aku mengendalikan
permainan kami malam itu, dia melepaskan
ciumannya dari bibirku dan menciumi
wajahku sesuka hati. Sesekali dia
mengulum bibirku, lalu menjilati wajahku.
Aku semakin mengeratkan rangkulan
tanganku pada lehernya.
Ingin rasanya aku menjerit sekeras
mungkin saat merasakan cumbuannya
yang semakin liar saja, setelah
menggerayang ke leher bibirnya terus
turun hingga sampai ke atas payudaraku.
Aku menahan nafas manakala bibirnya
mulai menciumi kulit di seputar buah
dadaku. Lidahnya menari-nari dengan
bebas menelusuri kemulusan kulit
sepasang payudaraku yang sekal dan
menggairahkan. Nafas Hasan menderu
semakin kencang disertai suara kecipak
mulutnya yang dengan penuh hasrat
melumat payudaraku yang montok seolah
ingin merasakan setiap inci kekenyalannya.
Dari bibirku meluncur desisan dan rintihan
nikmat, sementara tanganku meremas
rambut Hasan dan menekan kepalanya ke
dadaku. Rangsangan maha dahsyat
menghajar tubuhku manakala bibir Hasan
mulai menjilat dan mengulum puting
susuku yang telah mengeras. Dengan lihai
lidahnya menyapu seluruh permukaan
putingku secara bergantian, aku
mengerang halus tiap kali bibir Hasan
berhenti di salah satu puting susuku.
Kemudian ia mulai menyedot-nyedot
putingku yang malang itu sebelum
mengakhirinya dengan sebuah gigitan
halus dan menariknya perlahan dengan
giginya yang putih.
Saat Hasan melakukan itu, puting susuku
yang lain tidak dibiarkannya menganggur
begitu saja. Dengan nakal jari-jari tangan
Hasan memilin dan memelintir puting
susuku ini. Dan jika dia telah menggigit
salah satu di antaranya, maka tangannya
akan memencet puting yang lain dan
menariknya dengan penuh gairah. Dan itu
dilakukan Hasan bergantian kepada kedua
puting susuku secara berulang-ulang.
Perbuatannya itu makin membuatku lupa
daratan dan serasa melayang-layang di
awan.
Ke Bagian 2
http://indohot.in